"Pandangan
baru selalu dicurigai dan biasanya ditentang, tanpa alasan lain karena belum
terbukti". John Locke
Perubahan
teknologi telah merubah segalanya. Teknologi telah memberikan andil besar
terhadap perubahan perilaku manusia dewasa ini. Inilah era revolusi industri
4.0 yang mulai mempengaruhi perilaku semua orang. Tak terkecuali perilaku
entrepreneur.
Lingkungan
yang semakin dinamis memaksa sebagian besar manusia yang hidup di zaman ini
untuk menyusuaikan diri. Perubahan cara berpikir menjadi kunci utama
keberhasilan seseorang dalam mempertahankan eksistensi diri. Selain itu
memandang perubahan itu sendiri sebagai sebuah tantangan baru yang dapat
melahirkan berbagai peluang emas.
Kita
sudah menyaksikan dan mengalami sendiri, perekonomian di Indonesia pernah
mengalami masa sulit yang ditandai dengan kenaikan harga BBM, diikuti
merangkaknya harga-harga bahan pokok lainnya. Ini menjadi peringatan bagi kita
bahwa perubahan selalu ada disekitar kita, dan itu dapat terjadi kapan saja.
Karenanya menuntut kita untuk dapat menyikapi segala perubahan itu dengan sikap
yang positif.
Di
era 4.0 lingkungan yang sangat kontras terlihat perubahan adalah pada
perkembangan teknologi. Saat ini kustomisasi teknologi informasi kian mudah
diciptakan. Tujuan penciptaan pun sangat bervariasi untuk beragam kepentingan.
Jika dikaitkan dengan entrepreneur maka semua diarahkan pada kepentingan
bisnis.
Entrepreneurship
4.0 memang agak berbeda dengan era-era sebelumnya. Dulu pada orde 1.0
entrepreneur lebih mengandalkan kerja keras, dalam arti do thing, pokoknya
lakukan sesuatu saja.
Pada
masa itu (abad 17-18) entrepreneurship lebih mengedepankan konsep produksi.
Bahkan pengusung teori entrepreneurship pada abad tersebut mengatakan 'entrepreneurship'
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Lalu
beranjak ke entrepreneurship 2.0 pada era ini, semangat entrepreneurship lebih
bertumpu pada motivasi hasil akhir. Bahkan para pengikut entrepreneur 2.0
ramai-ramai mengajak orang untuk menjadi kaya.
Cara
pandang serba instan sempat menjadi momok entrepreneurship 2.0. Anda mungkin
masih ingat bagaimana best seller nya buku-buku Robert T. Kiyosaki dengan
konsep bebas finansial yang ia kempanyekan.
Kemudian
memasuki entrepreneurship 3.0 atau lebih dikenal dengan konsep human
entrepreneur. Konsep entrepreneurship for humanity digagas oleh Presiden
International Council for Small Business (ICSB) Ki-Chan Kim dari Korea
Selatan.
Ia
berpandangan, model manajemen di era kapitalisme saat ini harus mengarah pada 'entrepreneurship for humanity', yang mana perusahaan tidak harus
meminta karyawan untuk bekerja keras, melainkan membantu mereka menikmati
pekerjaannya, dan mewujudkan mimpi mereka dengan bekerja.
Era
3.0 lebih mengedepankan sikap penghormatan terhadap nilai-nilai humanis. Faktor
sumber daya manusia harus dipandang sebagai elemen penting bagi pengusaha dan
perusahaan sebagai jembatan untuk menciptakan kebahagiaan bagi pelanggan.
Karena perusahaan harus terlebih dahulu membahagiakan karyawannya.
Bagaimana
entrepreneurship 4.0?
Inilah
era dimana spritualitas menjadi prinsip. Lihatlah bagaimana konsep hidup yang
saat ini dijalani oleh Bill Gates, sang milyuner dunia. Ia selalu menyisikan
sebagaian waktu untuk memberikan manfaat lebih bagi orang-orang yang
membutuhkan uluran tangan dan pertolongan. Jack Ma dengan share ekonomy
concept.
Ditanah
air juga e-commerce besar seperti toko pedia, lazada, Go-Jek, dan platform
lainnya mengusung model ekonomi berbagi. Itulah sebenarnya yang dimaksud
sebagai salah satu wujud spritualpreneurship 4.0. Ia berkaitan dengan prinsip,
iman, dan ikhtiar. Bahwa rezeki itu datangnya dari sang Pemberi Rezeki.
Dalam
konteks ini pakar entrepreneur Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Dr.
Iskandarsyah Madjid, SE., MM. bahkan dalam sebuah seminar nasional di kampus
setempat mengatakan saat seseorang harus memiliki iman yang relatif kuat untuk
tidak tersesat, karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan
masif.
Katanya
jangan sampai manusia menuhankan teknologi. Iskandar melihat bahwa tingkat
kecerdasan buatan (artificial inteligence) yang dimiliki oleh
teknologi saat sudah melampaui kecerdasan rata-rata manusia.
Maka
diantara spritualpreneurship yang dikembangkan dalam era IR 4.0 adalah seperti
ini:
Niat baik
Mulailah
semua aktivitas dengan niat yang baik, karena dengan niat yang baik akan
menjadi sebab melahirkan akibat yang baik.
Berikan apa yang orang minta
Berikanlah
apapun yang orang minta kepada kita meskipun dia orang kaya. Namun berikanlah
seikhlas hati. Semakin besar rasa ikhlas yang kita miliki semakin besar
keberuntungan yang bakal didapat.
Berbakti kepada kedua orang tua
Kalau
ingin beruntung dan sejahtera, usahakan dan niatkan untuk memberikan rezeki
yang kita peroleh kepada kedua orang tua kita. Karena berbakti kepada kedua ibu
bapak sebagai sumber datangnya rezeki.
Terapkan formula 1234
Bagilah
penghasilan kita kepada orang-orang yang juga berhak menerima dari sebagian
harta yang kita peroleh, diantaranya 10 persen untuk zakat, infak dan shadaqah,
20 persen untuk pengembangan diri (biaya belajar, kuliah, training, dll), 30
persen untuk bayar utang, tabung dan investasi, dan 40 persen untuk biaya hidup
rutin.
Pebanyak silaturrahmi
Perbanyaklah
silaturrahmi dan bangunlah jaringan pertemanan dan network bisnis agar
pintu-pintu rezeki terbuka lebar. Usahakan menambah saudara, teman dan relasi
baru setiap hari.
Shalat mengundang rezeki
Selain
dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, shalat juga berfungsi sebagai
penghubung langsung antara hamba dengan Tuhannya untuk tujuan mengagungkan Nya,
mensyukuri nikmat Nya serta dengan begitu akan Dia tambahkan nikmat dan karunia
Nya lebih besar lagi.
Pebanyak Istighfar
Istighfar
bermakna memohon ampun kepada Tuhan. Dengan mengakui segala dosa yang telah
kita perbuat, hidup menjadi lebih leluasa dan lapang dada. Energi bersalah
selalu membawa pikiran gelap dan sulit mengembangkan kreativitas.
Memperbanyak Istighfar membuat kita mendapatkan rezeki yang tidak disangka-sangka.
Memperbanyak Istighfar membuat kita mendapatkan rezeki yang tidak disangka-sangka.
Orang
yang memperbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan kemudahan dalam setiap
kesusahan, dan memberikan jalan keluar dari setiap kesempatan, dan memberinya
rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya.
Nah
itulah beberapa hal yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengisi semangat
entrepreneurship 4.0 bagi bangsa Indonesia. Memang poin-poin diatas sangat erat
dekat dengan islamic spirit.
Namun
seorang sosiolog barat bernama Peter L. Bernstein pun mengakui kalau ajaran
Islam memang mengandung etos yang menghargai kerja keras untuk mencapai
kesejahteraan ekonomi.
Ia
mengatakan bahwa etos bisnis Islam bahkan lebih kuat dari ajaran mana pun,
termasuk etika Protestan yang menjadi spirit kapitalisme di Eropa Barat,
seperti yang ditulis oleh Max Waber.
Sehingga
spritualpreneurship 4.0 menjadi salah satu ibadah dan mendapatkan ganjaran
pahala disisi Tuhan karena ia menyumbang kepada sumber rezeki individu dan keluarga.
Dengan memadukan kreativitas berpikir, teknologi dan spirit iman yang kuat,
membuat kegiatan kewirausahaan sukses dunia dan akhirat.
Daya
kreativitas dan inovasi bisa membuat seseorang berjuang untuk memanfaatkan
seluruh kemampuannya. Maslow menggambarkan orang seperti ini sebagai orang yang
mengaktualisasikan diri.
Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki
dorongan yang luar biasa hebat untuk menemukan berbagai peluang bagi dirinya
sendiri, dan menyingkirkan hal-hal yang membatasinya. He Bex Model pun
mengajarkan "creative or doe."
Bengkulu, 01 November 2019
#KonfeksiBengkulu #PercetakanBengkulu
Maa Syaa Allah.. Sangat mencerdaskan
BalasHapus